Tadi pagi saat saya buka e-mail, saya mendapatkan e-mail dari Mas Heriyanto, Radiografer di RSUP Fatmawati yang mengirimkan artikelnya untuk ditampilkan di Tempat Nongkrong Radiografer se-Indonesia, wah tentu saya seneng banget kalo ada pengunjung blog yang mau berbagi ilmunya disini, namanya aja Tempat Nongkrong, siapa aja boleh berbagi di sini. Mau tahu artikelnya..... Non Medical CT Scan Applications Mungkin sehari-hari kita mengunakan CT Scan untuk tujuan penunjang diagnosa medis yang notabene berkaitan dengan seorang pasien. Namun ada beberapa aplikasi penggunaan CT Scan yang penulis lakukan yang mungkin atau tidak berhubungan langsung dengan pemeriksaan yang bertujuan mencari diagnosa suatu penyakit/medis. Gbr.1 . Gambar Selongsong pengaman yang berisi batu sebelum di scan. Demikian beberapa teknik atau aplikasi penggunaan CT Scan non medis yang penulis lakukan selain juga melakukan pemeriksaan rutin medis pada pasien-pasien yang memerlukan.
Aplikasi CT Scan Non Medis
Heriyanto, Radiografer RSUP Fatmawati Jakarta.
Diantaranya adalah :
1. Penggunaan CT Scan untuk pemeriksaan benda-benda masa lampau atau fosil-fosil baik manusia, hewan, ataupun benda-benda lain.
2. Penggunaan CT Scan untuk pemeriksaan mineral/batu-batuan yang berhubungan dengan eksplorasi minyak atau gas bumi.
1. Penggunaan CT Scan untuk pemeriksaan fosil atau benda-benda masa lampau/prasejarah.
Fosil atau benda-benda prasejarah terkadang, bahkan sebagian besar sangat rapuh karena telah menjalani masa yang sangat panjang sebelum ditemukan. Pengunaan CT Scan untuk memeriksanya saat ini telah menjadi salah satu prosedur yang dapat diandalkan bahkan menjadi prosedur tetap.
Kegunaan CT Scan pada pemeriksaan fosil diantaranya adalah:
a. Merupakan salah satu teknik tidak merusak ( Non Destructive Technique ) dimana kita dapat melihat isi, bentuk, maupun lapisan bagian terluar maupun bagian dalam dari suatu bahan fosil dan dapat direkontruksi ulang dengan berbagai macam penggunaan filter/kernel yang berbeda atau tools post prosesing pada CT Scan. (misalnya suatu mummy yang terbungkus sarkofagus, kita dapat melihat bagian dalam mummy tersebut tanpa membuka bungkus sarkofagusnya sehingga ahli paleontologi dapat mengidentifikasinya, kemudian dapat kita perlihatkan tampilan MPR (Mutiplanar Recontructions); yang berguna melihat lapisan demi lapisan pada semua bidang potongan (axial,sagital maupun coronal), SSD/3D yang berguna untuk melihat bentuk 3D fosil tersebut baik gambaran superfisialnya maupun bagian dalam misalnya tulang-tulangnya, MIP , VRT dll).
b. Menyediakan data mentah (raw data) atenuasi sinar-x yang diterima oleh detektor CT Scan yang berguna sebagai bahan data yang akan digunakan untuk proses yang dinamakan Casting yaitu proses membentuk kembali fosil tersebut ke media lain melalui irisan sinar laser yang sangat presisi misalnya ke silikon/ hard plastic yang sangat mirip dengan aslinya baik bentuk, ukuran, detil permukaan bahkan bagian dalam suatu bahan fosil tersebut. Jadi seperti kita membuat tampilan 3D/SSD suatu obyek pada layar monitor CT Scan yang dapat kita perlakukan sebagai obyek 3 dimensi virtual, namun melalui proses casting ini, bentuk 3 dimensi tersebut dibuat menjadi benda nyata yang dapat disentuh, dikupas, dipotong-potong dsb. Sehingga penelitian benda purbakala/fosil tersebut dapat secara intensif dilakukan tanpa menyentuh benda aslinya (spesimen original), yang artinya seorang ahli purbakala dapat memotong, melihat bagian dalam tiruan fosil tersebut yang sama dengan spesimen original tanpa merusaknya.
Pada hal ini penulis berkesempatan memeriksa spesimen dari manusia Liang Bua atau yang saat ini ramai diperbincangkan sebagai Homo Floresiensis ( untuk lebih detilnya bisa googling dengan keyword “Homo Floresiensis” ) bekerja sama dengan Badan Arkeologi Nasional , Institut Smithsonian, dan beberapa universitas dan lembaga riset internasional, menyediakan terutama raw data yang sangat penting untuk analisa lebih lanjut.
Mengenai teknik dan protokol CT Scan yang digunakan sebenarnya sederhana dimana yang harus kita perhatikan adalah :
1. Irisan dibuat setipis mungkin menggunakan teknik spiral scan ( pada scanner multislice bisa menggunakan kombinasi slice thickness dan pitch ) sehingga raw data yang dihasilkan akan menghasilkan detil yang baik.
2. Penggunaan filter atau kernel adalah penggunaan filter yang mempunyai nilai serapan tinggi , namun tidak terlalu tinggi ( pada pasien biasa, kernel yang kita gunakan adalah yang untuk memperlihatkan antara jaringan lunak dan tulang-tulang ), karena umumnya fosil berupa padatan bahkan sudah menjadi batu sehingga penggunaan filter untuk memperlihatkan serapan rendah/jaringan misalnya tidak diperlukan.
3. Penggunaan KV dan mAS yang adekuat, karena fosil biasanya berupa padatan namun sebenarnya bersifat 'sponggy' (bukan batu dalam arti sebenarnya) sehingga KV dan mAS yang terlalu tinggi atau rendah tidak adekuat ( rentang antara 70-90 KV ).
4. Penguasaan teknik-teknik post prosesing pada CT Scan dimana kita dapat memperlihatkan on site beberapa versi gambaran pada obyek yang sama yang bisa saja menghasilkan konklusi berbeda dari sudut pandang ilmu arkeologi.
Galery
Gbr.1 Seorang ahli dari Smithsonian Institute (DR. M.W .Tocheri ) sedang mempersiapkan fosil untuk di Scan.
Gbr.2 Serius saat menyaksikan tampilan CT Scan di monitor ( ki-ka : Mr.Norton dari MDN, Thomas Sutikna dari Badan Arkeologi Nasional, Penulis, DR.M.W Tocheri, satu lagi lupa namanya, wakss )
Gbr.3 Bagian os. Femur Homo Floresiensis “the new celebrity in human nature hystory “
Gbr.4 Membuat data tambahan dari CR , pemotretan bagian mandibula fosil homo floresiensis. Yang akan digunakan kan sebagai bahan analisa gigi geligi yang menentukan keabsahan 'seorang' fosil apakah ia termasuk anggota keluarga manusia atau ia hanya seekor kera.
2. Penggunaan CT Scan untuk pemeriksaan mineral/batu-batuan yang berhubungan dengan eksplorasi minyak/gas bumi.
Pada pemeriksaan ini, dilakukan pemeriksaan CT Scan batu-batuan hasil pengeboran inti dalam (deep core) eksplorasi minyak atau gas bumi, dimana bongkahan batu/tanah hasil pengeboran yang terbungkus oleh selongsong pengaman di Scan untuk mengetahui kandungan dalam tanah/batuan tersebut apakah mengandung minyak , gas alam atau tidak.
Sama halnya dengan penggunaan CT Scan pada fosil, tujuannya adalah :
a. Merupakan teknik tidak merusak (NDT ) yang bisa digunakan untuk melihat isi selongsong pengaman yang berisi batu-batuan tesebut, karena untuk mendapatkan batu-batuan tersebut telah dihabiskan biaya yang cukup besar, baik dari proses ekspedisi ( pencarian), dan eksplorasinya yang belum memasuki tahap produksinya saja sudah mencapai kira-kira Rp 1 milyar untuk selongsong batu berukuran kurang dari 2 meter.
b. Menyediakan raw data penembusan sinar-x yang akan digunakan untuk pencitraan, pewarnaan, penghitungan dengan software tertentu yang akan menghitung, memperkirakan kualitas kandungan mineral dalam batuan-batuan tersebut yang dihitung dari nilai H.U (Hounsfield Unit) data scan yang telah dilakukan. Apakah layak untuk di eksplorasi lebih lanjut untuk memasuki tahap produksi pengambilan mimyak atau gas bumi di lokasi pengeboran tersebut atau dihentikan.
Penulis berkesempatan melakukan pemeriksaan ini bekerjasama dengan Lembaga Migas Departemen Pertambangan dan Energi.
Adapun protokol CT Scan yang dilakukan adalah :
1. Dibuat irisan secara sequensial, 1- 2 mm dimana dilakukan pemeriksaan pada proyeksi AP dan Lateral ( 0 dan 90 derajat ) atau gambaran proyeksi axial dan coronal dari selongsong tersebut, dimana daerah potongan ditentukan oleh seorang ahli geomineral yang mendampingi penulis saat scan berangsung.
2. Penggunaan filter atau kernel yang moderat ( tengah-tengah ) antara serapan rendah dan tinggi.
3. Penggunaan KV yang relatif tinggi ( sampai 130 KV ) karena jenis bahan adalah material padat/ batu.
Galeri
Gbr.2a. Proyeksi 0 derajat(axial) sebelum pewarnaan
Gbr.2.b. sesudah pewarnaan
Gbr.3a. Proyeksi 90 derajat sebelum pewarnaan
Gbr.3.b. sesudah pewarnaan
Semoga hal kecil ini bisa menambah wawasan kita semua, bahwa masih ada peluang yang bisa kita tawarkan kepada pengguna selain pemakaian alat CT Scan pada pemeriksaan yang bersifat medis.
Tulisan ini juga bisa dilihat di blog saya 'www.akuikilo.blogspot.com'
Data Penulis
Nama : HERIYANTO
Lulusan : APRO Dep.Kes Ri Jakarta Th. 1991
Workplace : INST.RADIODIAGNOSTIK & KED.NUKLIR RSUP FATMAWATI JAKARTA
BERITA HARI INI, Powered By METRO TV
Aplikasi CT Scan Non Medis
Diposting oleh Nova Rahman Jam 15:36
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar