Para pengunjung blog mungkin sering mendengar kata Investasi, pasti langsung berfikir mengenai modal, uang dsb. Pada postingan kali ini, saya mencoba membuat essei mengenai Investasi, tapi investasi yang coba saya tawarkan benar-benar beda, tidak membutuhkan uang atau modal usaha, mau tahu.....
INVESTASI
Nova Rahman, Dipl.Rad, S.Si
Anda pernah dibenci orang, di fitnah, orang lain iri, curiga pada Anda dan berbagai perlakuan negatif yang pernah Anda terima? Saya rasa jawabannya pasti pernah…
Namun apakah Anda pernah berfikir bahwa perlakuan negatif tersebut sebenarnya disebabkan karena sikap Anda sendiri? Saya rasa Anda lebih suka menjawab bahwa perlakuan negatif yang Anda terima adalah lebih dikarenakan memang orang lain yang memperlakukan Anda secara negatif telah memiliki sifat-sifat negatif tadi…
Investasi
Investasi jika saya boleh menggambarkan istilah tersebut adalah kita menanam sesuatu (bisa modal usaha, bisa benih tanaman atau apapun) yang kemudian akan kita ambil hasilnya pada waktu yang memiliki interval agak lama sejak kita menanam sesuatu tadi. Hasil yang bisa kita ambil sangat tergantung dengan apa yang kita tanam. Tahukah Anda, segala perkataan, tindakan dan sikap kita saat ini semuanya adalah investasi !
Suatu ketika tetangga saya memarahi anaknya, mungkin karena anaknya berbuat sesuatu yang menurut orang tuanya tergolong perbuatan yang nakal. Saat memarahi anaknya, sang ibu seringkali mengatakan perkataan yang kasar misalnya “dasar anj***g “dsb . Saya sangat sering mendengar hal ini. Beberapa waktu berikutnya, sang anak bermain-main dengan temannya, kemudian sang anak terlibat adu mulut dengan temannya karena sang anak berfikir bahwa temannya ini curang. Yang membuat saya kaget, sang anak mengeluarkan kata-kata “dasar anj***ng” ke temannya tersebut. Saya kaget karena sang anak mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan ibunya saat memarahinya, untuk mengungkapkan rasa emosi sang anak. Beberapa waktu kemudian, di saat sang anak sudah cukup besar ( ya kira-kira usia kelas 3 atau 4 SD) anak tadi dimarahi oleh ibunya karena suatu kesalahan. Sang anak merasa tidak terima kemudian sang anak melontarkan sebuah kata ke ibunya “dasar anj***ng”. Waduh saya lebih kaget lagi, kok bisa ya anak sekecil itu berani bicara kasar ke ibunya?
Di sebuah Panti Jompo, duduk seorang Bapak yang kira-kira usianya sudah 70 tahun-an. Bapak tadi duduk di kursi dengan menghadap ke pintu. Setiap orang yang datang melalui pintu tersebut, Bapak tadi tampak senang sesaat, tapi kemudian kembali termenung. Begitu terus kejadiannya setiap ada yang masuk melalui pintu tersebut.
Ketika ditanyakan kepada pengurus panti siapa Bapak itu, kenapa dia sampai di sini dan apa yang dilakukannya dengan duduk di situ, di dapat jawaban seperti berikut : Bapak itu dulunya adalah seorang yang sangat sukses. Anak dari Bapak itu berjumlah 3 orang, 2 perempuan dan 1 laki-laki. Bapak itu di saat sukses, sangat sibuk mengurusi bisnisnya hingg sangat jarang pulang ke rumah. Saat pulang pun, Bapak tersebut tidak menemui anak-anaknya karena saat pulang anak-anaknya sudah tertidur lelap, atau Bapak itu sudah sangat lelah sehingga tidak sempat menemui anak-anaknya karena Bapak itu langsung istirahat, terlelap di tempat tidurnya. Untuk kebutuhan ekonomi anak-anaknya, Bapak itu sangat memperhatikan, berapa biaya sekolah, biaya les, privat dan sebagainya.
Kejadian ini berlangsung dengan waktu yang cukup lama, hingga anak-anaknya tumbuh dewasa. Sang Bapak hampir tidak pernah memeluk dan mencium anak-anaknya. Tidak ada transfer cinta dan kehangatan dari sang Bapak kepada anak-anaknya. Anak-anak yang sudah tumbuh dewasa, sudah sangat terbiasa dengan ketiadaan Bapaknya di rumah, tidak ada peluk cium, tidak ada teguran lembut, nasehat yang membatasi gerak gerik sang anak ataupun wejangan untuk bekal sang anak. Anak-anak tersebut tumbuh tanpa perhatian sang Bapak.
Anak-anak yang telah tumbuh dewasa kemudian menjadi orang-orang yang sukses mengikuti jejak Bapak mereka. Mereka pun kemudian larut dengan kesibukan pekerjaan dan urusan keluarganya masing-masing. Suatu saat, Ibu yang mengurusi mereka sejak kecil meninggal dunia, ini adalah pukulan yang sangat berat buat anak-anak yang sukses itu. Sepeninggal Ibu mereka, sang Bapak tetap dengan kesibukannya sebagai pengusaha yang sangat sukses, hingga suatu ketika dalam sebuah rapat, Sang Bapak tiba-tiba terjatuh. Bapak tersebut di bawah ke rumah sakit. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, diketahui Bapak tersebut mengalami stroke yang mengakibatkan separuh tubuhnya tidak bisa digerakkan. Di saat-saat seperti ini, anak-anak dari Bapak tersebut berunding, siapa yang akan menjaga Bapak mereka ketika Bapak tersebut sudah pulang dari rumah sakit. Ketiga anak tersebut mengaku bahwa saat ini mereka sangat sibuk dengan bisnisnya masing-masing, dimana saat ini bisnis mereka harus dijaga dengan baik. Tidak ada satupun anak yang menyanggupi untuk menjaga Bapak mereka. Muncul ide untuk mencarikan perawat atau pembantu untuk mengurusi Bapak mereka, namun tidak ada satupun yang punya waktu untuk mencari perawat atau pembantu yang tepat untuk Bapak mereka.
Akhirnya ketiga anak tadi sepakat, Bapak mereka akan di bawa ke panti jompo, karena mereka tidak usah pusing lagi memikirkan siapa yang akan merawat Bapak mereka, mereka tinggal membayar biaya perawatan Bapak mereka (buat anak-anak ini, uang bukan masalah). Akhirnya di bawalah Bapak itu ke Panti Jompo ini. Saat awal dititipkan, anak-anak Bapak tersebut masih sempat menjenguk, misalnya dalam satu minggu sekali. Kemudian menjadi semakin jarang, sebulan sekali, 3 bulan sekali hingga akhirnya seperti saat ini sudah hampir dua tahun anak-anaknya tidak pernah datang lagi. Biaya perawatan pun kini hanya ditransfer saja. Bapak tersebut selalu duduk menghadap pintu sambil melihat orang yang datang sebenarnya adalah Bapak tersebut selalu berharap bahwa orang yang datang melalui pintu tersebut adalah anak-anak dia.
Dua kisah di atas, membuktikan bahwa setiap perkataan, tindakan dan sikap kita merupakan sebuah investasi. Jika kita mengatakan suatu hal yang negatif maka suatu saat kita akan mendapatkan kata-kata negatif dari orang lain yang pernah kita lontarkan kata-kata negatif tersebut. Jika kita tidak pernah mencintai anak-anak kita dengan tulus, tidak pernah menyediakan waktu untuk bermain-main, mengajarkan suatu hal yang baru, menasehatinya sebagai bentuk perhatian kita terhadap mereka, maka anak-anak kita akan tumbuh dengan perasaan yang hampa, kosong dan tidak perduli dengan kita. Di saat kita membutuhkan mereka saat kita tidak bisa melakukan apa-apa sendiri, maka mereka akan tidak pernah ada di samping mereka.
Maka cintailah orang lain terutama anak-anak kita dengan tulus, jangan pernah berfikir negatif, lontarkan kata-kata yang positif, bangun perhatian dan kasih sayang, nasehati mereka jika mereka punya salah sebagai bentuk perhatian kita, peluk dan cium mereka supaya mereka bisa merasakan transfer kehangatan cinta yang tulus itu, sediakan waktu untuk bersama mereka, tumbuh bersama mereka..... maka mereka akan ada di saat kita membutuhkan mereka
Regards,
Nova
Baca Selengkapnya...
Klik disini untuk menyingkat berita...