Postingan kali ini sebenarnya karena semangat yang ditularkan oleh Sdr Adji dari Yogyakarta, yang dalam sebuah e-mailnya mengatakan bahwa supaya saya jangan pernah bosan untuk menularkan ilmu saya kepada teman-teman lain, karena kata-kata Sdr Adji itulah, saya bela tidur agak malam, dan tidak tidur setelah sahur dan Sholat Shubuh, padahal biasanya saya ngga tahan sama ngantuk kalo Bulan Puasa lho. Oke baiklah kita mulai. Pada pemeriksaan radiologi khususnya Thorax, kadang-kadang ditemukan dimana ukuran bayangan jantung terlihat lebih besar dari biasanya. Meskipun terlihat lebih besar dari biasanya, kita tidak bisa langsung mengatakan bahwa jantung tersebut mengalami pembesaran atau biasa disebut Cardiomegally. Untuk menentukan apakah jantung tersebut mengalami pembesaran, maka diperlukan sebuah perhitungan yang disebut dengan Cardiothoracic Ratio, mau tahu bagaimana pengukurannya.... Sebelum kita mulai dengan Cardiothoracic Ratio, mari kita mulai dari anatomi jantung terlebih dahulu. Contoh Foto Thorax Pada Kasus ASD
Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung adalah pusat dari sistem kardiovaskuler yang terletak dalam rongga dada diantara 2 paru. Jantung dilapisi oleh sebuah kantung disebut perikardium (kantong fibroserosa), fungsinya adalah membatasi pergerakan jantung dan menyediakan pelumas. Perikardium terletak dalam mediastinum medius, posterior terhadap corpus sterni dan kartilago costae II sampai VI.
Perikardium terdiri dari :
1. Perikardium fibrosum → terletak di bagian luar dan terikat kuat
2. Perikardium serosum (bagian dalam ) terdiri dari :
- lamina parietalis berdekatan dengan perikardium fibrosum
- Lamina visceralis berhubungan erat dengan jantung = epikardium
Ruang diantara lamina parietalis dan visceralis disebut cavitas perikardiak, yang berisi cairan perikardial, berfungsi sebagai pelumas.
Batas jantung
- Batas kanan oleh atrium kanan
- Batas kiri oleh auricula sinistra
- Bawah oleh ventrikel sinistra
Ruang-ruang jantung → dibagi oleh septum vertikal menjadi empat bagian atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra dan ventrikel sinistra.
Otot jantung terdiri dari tiga lapisan
1. Endokardium (bagian dalam)
2. Miokardium
3. Epikardium
Otot atrium lebih tipis dibandingkan otot ventrikel. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat katup trikuspidalis (terdiri dari tiga daun katup). Antara atrium kiri dengan ventrikel kiri terdapat katup mitralis ( terdiri dari dua daun katup).
Antara ventrikel kiri dan aorta dan ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis terdapat katup semilunaris ( terdiri dari tiga daun katup). Gerakan katup pada dasarnya adalah pasif, membuat aliran darah menuju kesatu arah.
Otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yg mirip dengan otot rangka, hanya kontraksi otot jantung lebih lama. Umumnya jantung berkontraksi secara ritmik sekitar 70 – 90 denyut/menit pada orang dewasa. Konduksi jantung terdiri atas otot jantung khusus yang terdapat pada nodus sinuatrialis, nodus atrioventrikularis, fasikulus atrioventrikularis (sinistra & dextra) dan sub-endokardial serabut purkinje
Nodus sinoatrial terletak pada dinding atrium dextra dibagian atas tepat disebelah kanan muara vena cava superior. Nodus atrioventrikular terletak di bagian bawah tepat diatas tempat perlekatan septum trikuspidalis. Fasciculus atrioventrikular ( berkas his) merupakan jalur serabut otot jantung yang menghubungkan miokardium atrium dan ventrikel terdiri dari cabang berkas kanan (right bundle branch) dan cabang berkas kiri ( left bundle branch)
Teknik Radiografi Thorax
Untuk mendapatkan gambaran dari bayangan jantung, kita membutuhkan sebuah foto thorax dengan proyeksi Postero Anterior (PA). Untuk mendapatkan foto thorax yang baik, maka harus mengikuti Teknik Radiografi Thorax yang benar.
Posisi Pasien
Pasien diupayakan untuk berdiri (erect) membelakangi tabung sinar-x. Hal ini dikarenakan, saat berdiri, maka semua bentuk anatomi dari Paru-Paru dan Jantung berada pada posisi yang normal. Jika foto thorax terutama untuk melihat bayangan jantung dilakukan supine (tidur terlentang), maka gambaran jantung akan terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan berdiri. Jantung itu ibarat balon yang diisi dengan air, sehingga apabila diposisikan supine akan melebar ke samping. Lagipula dengan posisi pasien yang erect, foto thorax akan memberikan informasi tambahan yang sebenarnya, seandainya saja pada rongga thorax pasien terdapat cairan. Dengan berdiri, cairan akan berada di bawah (sesuai dengan sifat air yang selalu menempati tempat terbawah), sehingga mudah di diagnosa.
Posisi Objek
Kedua punggung tangan diletakkan di atas pinggang masing-masing. Kedua shoulder terletak pada bidang yang sama supaya thorax simetris antara kanan dan kiri. Kepala di ekstensikan dan dagu diletakkan di atas kaset atau bucky stand. Kedua siku di dorong kedepan supaya bagian anterior dada menempel sempurna di kaset.
Central Ray dan Central Point
Central Ray di arahkan tegak lurus horizontal terhadap kaset dan di pusatkan setinggi thorakal VI.
Perhitungan Cardiothoracic Ratio (CTR)
Setelah foto thorax PA sudah jadi, maka untuk membuat perhitungan CTR nya kita harus membuat garis-garis yang akan membantu kita dalam perhitungan CTR ini.
1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas sampai ke bawah thorax.
2. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan namakan sebagai titik A.
3. Tentukan titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan namakan sebagai titik B.
4. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik A dan B
5. Tentukan titik terluar bayangan paru kanan dan namakan sebagai titik C.
6. Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis mediastinum.
7. Perpotongan antara titik C dengan garis mediastinum namakan sebagai titik D
Jika foto thorax digambar dengan menggunakan aturan di atas maka akan di dapatkan foto thorax yang sudah di beri garis seperti di bawah ini :
Setelah dibuat garis-garis seperti di atas pada foto thorax, selanjutnya kita hitung dengan menggunakan rumus perbandingan sebagai berikut :
Ketentuan : Jika nilai perbandingan di atas nilainya 50% (lebih dari/sama dengan 50% maka dapat dikatakan telah terjadi pembesaran jantung (Cardiomegally)
Contoh :
Pada sebuah foto thorax, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung Cardiothoracic Ratio, di dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A ke B = 10 cm
Panjang garis C ke D = 15 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantun pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai Cardiomegally atau tidak?
Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan nilai-nilai tersebut di atas.
karena nilai ratio nya melebihi 50%, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan Cardiomegally (terjadi pembesaran jantung).
Beberapa Penyebab Cardiomegally
1. Atrial Septal Defect (ASD)
ASD adalah kelainan pada sekat atrium. Ini merupakan kelainan bawaan, dimana 80% - 90% terjadi pada orang dewasa. Wanita 3 kali lebih banyak daripada laki-laki yang memiliki kelainan ASD ini. Pada kasus ASD terjadi pembesaran pada ventrikel kanan dan seluruh bagian dari arteri pulmonaris. Atrium kanan juga mengalami pembesaran, namun pada foto thorax sulit dibedakan dengan pembesaran pada ventrikel kanan.
2. Mitral Stenosis
Mitral Stenosis merupakan akibat dari rheumatic carditis yang terjadi 5 sampai 10 tahun sebelumnya. Mitral Stenosis akan memperlihatkan pembesaran bayangan jantung dikarenakan terjadi oedema pada arteri pulmonaris. Awalnya rheumatic Mitral Stenosis didistribusikan oleh arteri pulmonaris ke lobus bagian atas dari paru-paru. Kemudian arteri pulmonaris membesar seiring dengan terjadinya hipertensi pada arteri pulmonaris. Pada foto thorax akan tampak membesar atrium kiri, ventrikel kanan dan cabang-cabang dari arteri pulmonaris
3. Left Ventricular Aneurysm (LVA)
LVA adalah aneurisma yang terjadi pada ventrikel kiri. Hal ini disebabkan karena terjadi pembesaran pada ventrikel kiri. Ventrikel kiri ini membesar akibat beberapa penyakit seperti TB, Kalsifikasi Infark atau Asbestos Disease.
Demikian diskusi kita kali ini, bagi yang ingin mendapatkan artikelnya dalam bentuk PDF yang sudah rah silahkan download disini
regards,
nova
BERITA HARI INI, Powered By METRO TV
Cardiothoracic Ratio (CTR)
Diposting oleh Nova Rahman Jam 10:52
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
11 komentar:
Bukankah CTR itu ratio dari diameter tranversal maximum dari jantung terhadap diameter transv max dari rongga thorax itu sendiri.???
berarti titik D dalam gambar diatas ditarik lebih jauh lagi ke garis batas paru sebelah kiri.
Tanpa pengukuranpun, foto thorax pertama jelas tidak ada pembesaran jantung (ratio lbh kecil dr 50%).
sedangkan kalau menggunakan rumus AB/CD X 100%. jelas sekali garis AB lebih dr setengahnya grs CD >>ratio lebih dr 50%.
mohon koreksi/komentarnya
thanks
Betul apa yang dikatakan Saudara (maaf soalnya ngga ada namanya sih), memang itu sebenarnya arti dari CTR. Namun untuk memudahkan perhitungan diambil setengah dari diamter tranversus maksimum thorax saja, itulah mengapa timbul ketentuan yang menyatakan apabila ratio melebihi 50% dikatakan terjadi pembesaran jantung, jika digunakan keseluruhan diamter transversus thorax, mungkin ketentuan itu akan tidak berlaku 50%. Saya belum lama lagi belajar tentang CTR lagi bareng Radiolog di sini, beliau melipat dua film yang ada gambaran parunya, kemudian beliau memberi garis tepat di lipatan tersebut, kemudian beliau mulai membandingkan diameter transversus jantung dengan sisi thorax ke garis yang dia buat tadi, ini kan berarti sama caranya dengan yang sampaikan disini. Mudah-mudahan bisa diterima, tetapi jika Saudara punya teori yang lebih baru lagi bagaimana caranya menghitung CTR, mungkin bisa dikiirmkan ke saya artikelnya/tulisan Saudara sendiri atau bahkan ada buku-buku yang mendukung teori tersebut, terima kasih dan mohon maaf
regards,
nova
maaf sdr.nova ... untuk definisi CTR tolong dicek lagi dengan teori nya agar tidak ada kesalahan pengertian bagi para pembaca ... garis CD memang seharusnya lebar dinding toraks yang merupakan garis tegak lurus melewati sudut cardiofrenikus ....
tnx
maaf sdr.nova ... untuk definisi CTR tolong dicek lagi dengan teori nya agar tidak ada kesalahan pengertian bagi para pembaca ... garis CD memang seharusnya lebar dinding toraks yang merupakan garis tegak lurus melewati sudut cardiofrenikus ....
tnx
assalamualaikum mas nova.....
saya nining di bali nih.
terimakasih atas tulisan2nya yg sangat membantu saya dlm belajar lagi. khusus mengenai CTR ini, saya baca2 sumber lain titik A dan B tidak selalu bisa ditarik garis lurus karena posisi titik terjauh kanan dan kiri jantung belum tentu sejajar. Sedangkan titik D itu harusnya bukan di MSP tapi pada dinding terjauh kiri thorax. Saya coba ambil foto thorax dan langsung hitung, hasilnya sangat berbeda lho. maaf ini pendapat saya mas,
terimakasih..
itu untuk menghitung CTR nya sepertinya salah.. karena diameter C-D seharunya lebar thorax.. bukan setengah thorax... coba anda buka di radiologi diagnostik ui.
Sepertinya saudara salah dalam menhitung CTRnya... jika seperti itu jantung akan selalu besar (cardiomegally), coba anda periksa semua pasien anda dengan metoda anda... yang saya ketahui CTR adalah A-B / jarak dinding kanan- dinding kiri paru. anda dapat baca di buku RADIOLOGI DAGNOSTIK UI hal 166-168
Dokter,ada buku tentang CTR gak?Aku butuh ni untuk karya ilmiah.Sulit sekali carinya.http://cojelek07.blogspot.com
Mohon maaf, saya mau tanya. Jika hasil rongten CTR kurang 1/2 mksudnya apa ya?
Mohon maaf, saya mau tanya. Jika hasil rongten CTR kurang 1/2 mksudnya apa ya?
maaf om nova sepertinya penghitungan CTR anda keliru.
mengukur panjang cor sdh benar tapi menukur panjang thorax bukan cm separuh gitu. dan pengukurannya sejajar di diafragma yg paling tinggi.
mohon diliat literaturnya lagi. terimakasih.
Posting Komentar