4.26.2009

Mari Berkaca !

Essei kali ini saya buat berdasarkan pengalaman saya beberapa hari yang lalu saat mengadakan perjalanan ke Pekanbaru... mau tahu...

Kira-kira 3 hari yang lalu saya mengadakan perjalanan ke Pekanbaru dalam rangka supervisi mahasiswa ATRO Baiturrahmah Padang yang sedang melakukan Praktek Kerja Nyata di tiga Rumah Sakit Swasta yang lumayan besar. Setelah saya melakukan komunikasi yang santai (ini biasa saya lakukan di lingkungan ATRO), maka saya mendapatkan sebuah info yang mengejutkan... Mahasiswa saya mengatakan bahwa di salah satu Rumah Sakit tersebut ada seorang radiografer yang menjadi instrukturnya selalu memojokkan diri dan teman-temannya yang jika saya menilai ini malah lebih ke arah intimidasi secara psikologis. Sang radiografer tersebut seringkali mengatakan kepada mahasiswa saya tersebut, bahwa mahasiswa saya tersebut tidak pantas untuk praktek disitu sebab mahasiswa saya itu (maaf jika mungkin terlalu kasar) bodoh katanya. Belum lagi jika ada kesalahan sedikit langsung di marahi dengan bertubi-tubi, tanpa memberi kesempatan mahasiswa tersebut mengungkapkan alasan. Jika mahasiswa tidak berani memegang alat, sang radiografer langsung memarahinya dengan mengatakan bahwa mahasiswa tersebut tidak inisiatif, padahal mahasiswa saya sebelumnya belum mendapatkan mandat untuk megang alat tersebut dan mereka tidak berani karena alat yang digunakan tergolong baru dan mahal-mahal. Saya bisa memahami bagaimana perasaan mahasiswa saya saat ini.

Teman-teman sekalian, pernahkan kita berkaca pada diri kita sendiri, bayangkan saat kita dulu pernah jadi mahasiswa ATRO. Saya rasa kita saat itu kondisinya tidak jauh berbeda dengan mahasiswa ATRO yang saat ini sedang PKL, mungkin jangan-jangan lebih parah dari kondisi sekarang. Saya sendiri tidak malu mengakui hal tersebut, dulu saya adalah mahasiswa ATRO yang biasa-biasa saja, saya pernah bikin foto thorax terlalu hitam kemudian tanpa rasa salah saya berikan foto tersebut ke dokter ahli radiologi, kemudian foto tersebut langsung dilempar dihadapan saya. Pada saat saya kuliah di ATRO saya itu ngga tahu yang namanya CT Scan,MRI dan modalitas imaging lainnya yang canggih-canggih (karena waktu itu masih sangat jarang).

Teman-teman, jika saat ini kita menjadi radiografer yang pintar, ahli atau sebutan lainnya, itu sebenarnya hanya merupakan proses pengalaman dengan jam terbang yang tinggi. Saya bisa pastikan bahwa radiografer yang baru lulus, harus terlebih dahulu diajarkan mengenai beberapa pemeriksaan radiologi yang ada pada sebuah Rumah Sakit, masih harus di training dsb. Tidak ada radiografer yang baru lulus kemudian langsung ahli.

Saya punya pengalaman, ada seorang mahasiswa saya waktu saya masih di Jakarta, mahasiswa saya tersebut tergolong biasa-biasa saja bahkan menurut saya tidak tahu apa itu CT Scan multislice. Saat ini dia sudah menjadi radiografer yang mampu mengerjakan CT Cardio 64 Slice lengkap dengan rendering MIP, 3D. Kemampuan itu tidak mungkin didapatkannya saat masih di ATRO, tapi pasti saat sudah bekerja kemudian dia mendapatkan training, lalu dia punya jam terbang yang tinggi dengan CT Cardiac.


Saya punya pengalaman lain, saat saya masih di Jakarta, saya pernah supervisi mahasiswa saya yang sedang PKN di daerah Bandung. Pada saat supervisi kebetulan saya bertemu dengan radiografer yang saya kenal. Saat bertemu dia sudah pegawai tetap disitu. Lalu ketika saya ngobrol sama dia, dia mengatakan bahwa mahasiswa yang PKN di tempat dia itu payah-payah, anatomi ngga ada yang ngerti dan sebagainya. Saya dalam hati tertawa terbahak-bahak, kenapa…. Karena radiografer yang bicara sama saya, dulunya adalah mahasiswa saya angkatan pertama, dan waktu jadi mahasiswa, dia adalah mahasiswa saya yang lulus paling terakhir, itu juga karena banyak dosen yang sudah kasihan lihat dia ngga lulus-lulus…..

Kita harus berkaca, bahwa kita dulu juga mengalami proses PKL, tidak pintar, pemalas, kurang inisiatif. Namun semua akan mengalami proses yang maju. Namun proses ini dipengaruhi banyak hal diantaranya respon positif yang diberikan radiografer senior yang ditemukannya. Jadi dengan kata lain, seorang radiografer senior yang membimbing mahasiswa akan ikut mengambil peran dalam pembentukan mahasiswa tersebut menjadi seorang radiografer. Jika dihasilkan radiografer yang tidak kompeten, maka sang radiografer senior ikut bertaggungjawab karena dulu tidak mengajarkan kepada radiografer tersebut saat mereka menjadi mahasiswa.

Saya sangat berharap kepada setiap radiografer di seluruh Indonesia yang kebetulan saat ini sedang mendapatkan mahasiswa ATRO yang sedang praktek di tempat Saudara masing-masing, perlakukanlah mahasiswa tersebut layaknya adik kita yang memerlukan bimbingan, karena mereka memang belum mengerti jalan ini, seandainya mereka salah, hukumlah dengan cara yang arif dan bijak, sehingga mahasiswa akan tumbuh menjadi radiografer yang juga berfikir arif dan bijak kelak.

regards,

nova


7 komentar:

  1. kita sama- sama belajar, kalo salah ya itu wajar saja. tapi kalo keterlaluan ya perlu donk sedikit shock terapi. tapi sih biasanya tak suruh bikin tugas. misalnya ndak tau anatomy tak suruh bikin kliping anatomy, atau kalo gak punya materi kaya mungkin Chepalometry dan OPG ya tak suruh nyari di internet. biar sama-sama pinter. betul gak pak?

    BalasHapus
  2. Memang betul juga kata mas nova, walaupun dari pihak mahasiswa juga dituntut bekal yg memadai sebelum terjun ke praktek..jangan juga cuma modal nanti gimana aja..apalagi sekarang banyak bahan pelajaran yg tidak hanya dari kelas di kampus..yah minimal yg basic-basic ditanya jangan tidak tahu..karena saya juga pernah kedapatan mhs yg waktu buat foto wrist join malh dibuat ankle..karena dlm pengertiannya itu..wrist join ada di daerah kaki..welwh..weleh..makanya kami di RS Fatmawati sudah lama menerapkan bimbingan sebelum dan sesudah jam praktek walau cuma 1/2 jam tapi besar manfaatnya selain untuk bagi-bagi ilmu juga dapat siraman motifasi buat mahasiswa baik dari pertanyaan2 akademis maupun sekedar curhat curhatan kesulitan-kesulitan saat mereka praktek..mungkin mhs yg pernah PKL di RS Fatma bisa membawa bekal ini saat mereka bekerja dan bisa menerapkannya di tempat mereka membimbing mahasiswa yg notabene akan menjadi teman sejawat kita bahkan generasi penerus radiografer indonesia yg semakin maju..bravo..

    BalasHapus
  3. life is so hard...
    tapi dari situ akan terlahir generasi yg kuat.
    jadi inget dulu ngerasain enaknya masa PPS yg dihajar secara fisik dan psikologis, tapi setelah selesai kita ngerasa happy2 aja. toh ternyata badai pasti berlalu juga..
    semoga bagi rekan2 mahasiswa jadi tambah semangat aja dalam ngejalanin pkl-nya.
    anggep aja semua tekanan jd pijakan kita untuk bisa melompat lebihtinggi lagi...
    (adhit_kur)

    BalasHapus
  4. orang bijak pernah berkata
    jika anda ingin melihat lembah, maka naiklah keatas gunung, jika anda ingin melihat puncak gunung, maka terbanglah keatas awan, jika anda ingin mengerti dan melihat awan, maka berfikirlah.....

    BalasHapus
  5. Masa sudah berganti
    Dah bukan zamannya PPS pake hajar2an fisik,psikis dsb...tapi bukan bearti mahasiswa jadi lemah hati.
    Intinya sih komunikasi, kalo mang ndak ngerti nanya.kalo mang dah tau masih mahasiswa yang jangan berharap sepinter seniornya.
    Bener kata maz adhit, life is so hard
    Tapi dari kerasnya hidup, kita harus bisa jadi lebih kuat.
    Buat mahasiswa, ayo dik... masak kalah ma dewi sandra??!!! (teu nyambung nya'??)

    BalasHapus
  6. kebetulan bulan ini ada mahasiswa praktek di tempat saya. sebagai pembimbing saya tentu saya hanya mengarahkan mereka untuk dapat melakukan tugas2 sbg radiografer. bukan melepas begitu saya untuk menggantikan tugas kita. jg bukan melarang mereka melakukan kegiatan radiografer karena takut merusakkan peralatan kita. bagaimanapun walau mereka sudah berbekal pengetahuan tentang radiologi tetap saja mereka perlu penyesuaian dengan peralatan kita. dengan membimbing mereka kita juga belajar tentang hal-hal baru yang mungkin tidak kita dapatkan waktu kita kuliah dulu

    BalasHapus
  7. He...3x jaman sekarang gak model lagi yang namanya mengintimidasi...mahasiswa, mahasiswa melakukan kesalahan itu adalah wajar, toh namanya masih belajar...

    BalasHapus